Jakarta Oh Jakarta

Di sudut kota terlihat gedung-gedung tinggi, tampak berjejeran dengan lampu malam yang benderang menghias bangunan-bangunan elok serta jalan besar bagi penguasa malam. Sungguh begitu ramai tiada hentinya sampai waktu ke waktu, Jakarta disesaki pencari nafkah. Masih adakah cinta, masih adakah sayang, dan masih adakah rasa kangen untuk mengingatnya. Jakarta oh Jakarta, surga dunia yang begitu ramai dikunjungi dari mulai sabang sampai merauke orang-orang datang hanya untuk mengadu nasib. Kota yang sungguh hidup, menampung berbagai cerita kehidupan di dalamnya, sehingga sering terjadi peristiwa yang memilukan atau membahagiakan.

Jakarta saya kembali menyapamu, engkau selalu berubah dari tahun ke tahun hingga saya selalu terheran-heran melihatmu. Perubahan yang kian cepat seolah-olah jati diri Jakarta hilang keasliannya, Jakarta yang dulu masih banyak rawa-rawa dan perumahan sederhana sekarang semuanya telah tergantikan oleh gedung-gedung pencakar langit. Wah, dimana wujudmu yang dulu, pasti banyak yang merindukanmu.

Ragam kehidupan di Jakarta selalu membuat saya mengelus dada, kota yang modern dengan gedung-gedung yang mewah tgernyata masih bersanding pula dengan gubuk-gubuk kecil yang dihuni dari kalangan tak mampu. Apalagi di setiap lampu merah, para pengemis dan pengamen jalanan masih berkeliaran mencari uang hanya untuk sesuap nasi.  Rasanya Jakarta belum mampu mengatasi kemiskinan dan mengimbangi kehidupan layak bagi penghuni kota Jakarta. Disamping itu kebersihan kota ini belum menjamin, pembuangan sampah dan aliran sungai yang kotor masih terlihat dengan jelas dan setiap kita melewatinya akan merasakan bau tak sedap. Sampai dimana Jakarta bisa mengatasinya dengan baik atas segala kekurangan yang selalu bahan perbincangan warganya atau pengunjung Jakarta. Jakarta semoga aman terkendali dan semangat penghijauan semakin terjaga.



Tinggalkan komentar